Posts

Image
Bukan aroma dupa untuk para arwah. Jangankan kamu, orang pemilik rumah yang tak peduli pada ventilasi pun tidak segan memindahkan ruang suplai oksigen untuk hal semacam ini. Orang tak lagi berani mengucapkan kata-kata cambuknya, yang barangkali sejak beberapa bulan terakhir telah sedang menari berloncat-loncatan di benak mereka. Karena, setiap mereka melakukannya, hanya akan mendapat sebirama nada rendah yang kedengarannya seperti mantra pelatuk. Hanya menggumam dan mengutuk. Di mana ruang yang dulu ada, ruang dengan udara bersirkulasi positif untuk masa depan? Di mana ruang yang dulu ada, ruang yang membebaskan daging ini dari panggang api yang bisa saja karenanya menjadi leleh lalu kering menggajih di perapian neraka? Di mana ruang yang dulu ada, ruang dengan cabang inovasi yang meranting, kemudian tumbuh bunga untuk mereproduksi dan mengembangbiakkan jati diri? Di mana ruang yang dulu ada, di mana sesuatu yang hilang itu? Where is the missing piece?
Image

Apa Kabar Mereka?

Absurd jika ia memaknai kawan adalah hal yang bersifat periodik Interpretasi yang kurasa omong kosong pada saat itu. Tapi kali ini ia benar, beginilah adanya. Aku sedang berkisah tentang kawan lama, kawan-kawan di tahun pertama tepatnya, apa kabar mereka? Sebelum kita berpindah dan saling bertukar ruang, dulu sering berirama bersama, membuahkan harmonisasi nada dan rima. Bahkan tak peduli chord yang kita mainkan salah, yang tahu kita bersenang ria, bercerita tanpa ada akhir. Menghabiskan sore di kontrakanku tanpa prasangka, menunggu pergantian jam di hujan, sampai berbonceng tiga. Kemana lari saat-saat itu semua? Mungkin bukan kalian yang salah kawan, inilah keadaan yang memaksa kita untuk menjadi seorang RUPAWAN kita sedang sangat sibuk. Lobi gedung B tak lagi semeriah dulu, juga bangku kayu sekarang diduduki varietas komunitas yang tak terbatas, banyak kombinasi wajah baru. Di tangga, hanya ada salam normatif, sekedar menebar senyum penghargaan. Ya, oke kalau itu untuk me
Aku sedang bermesraan dengan malam. Karena dia begitu setia menyandarkan diamnya pada bahuku, meletuskan senyap, dan menafaskan aroma pencerahan atas keterbukaan diri yang bersenja. Aku tak ingin cepat tua hanya dengan menikmati cumbuan malam. Hanya diri yang selalu ingin beranjak meletakkan jejak pada penghujung atap. Yang kemudian dengan sedikit hentakan aku kan berpejam-kunang, bersenyum lembut dan melangit. Tak meragu lagi jika aku bak seekor burung malam. Burung malam yang mengisi pundi-pundi udara. Tak peduli kecepatan, tak hiraukan tarikan gravitasi bumi. Meski teori respirasi berlaku bagi tumbuhan di malam, tak peduli, yang kutahu hanya mengisi kantong dengan limpah ruah oksigen, meresapi gumam awan mendung yang semakin bergetar menyamarkan lirikan bintang. Hey burung-burung yang terbang, jangan kau menarik, AKU INGIN TERBANG SENDIRI! Hey burung-burung yang terbang, jangan kau menertawakan, AKU INGIN TERBANG KE SANA!
Image
Greetings from Mt. Bromo!! It was the most valuable time since I realized that I exist in this world to be wiser and survived with all things I have. Being with my family the whole time in new year's eve till the first dawn in 2014 and then joking on walk to the summit of Bromo the next day, was the great thing. It was bad though, we couldn't catch sunrise. The fog was so horrible. But we still knew that savana always sounded nice to be gathering and having fun. Probably I had done it for couple times, but this chance, enjoying with my family, I felt so.. oh man, I can't tell, but I was really happy. And now, n e w y e a r 's r e s o l u t i o n ! ! Just kidding, I have none. Because it's not like I really wanna change. I'll just go with the flow. And I wouldn't change my life for nothing. I have the most amazing friends and loving family. Those are who make me who I'm today, with the love and support I have. Thanks everybody, you are
Aku di samping, bermain dengan gemelan kecil. Aku kecil dan lucu, lincah dengan kaki kecilku. Tanganku kecil memukul dengan palu kecil. Tidak tahu malu melihat orang tua sedang menikmati makan malam, tapi bukan dianggap melanggar norma, aku hanya anak kecil. Tidak tahu diri mencium kaos kaki yang menapak lantai kusam oleh tanah dan air, tapi bukan juga dianggap melanggar sopan, aku hanya anak kecil.Dua pita membelah rambut kepang kanan kiri, gelang pun berlebihan, baju warna mencolok garisnya, tapi bukan juga dianggap melanggar susila, aku hanya anak kecil. Tak dianggap tapi aku begitu diperhatikan. Keasyikan dengan apa yang dianggap orang besar tidak lagi asyik. Memanjakan ingin, mengeluarkan hasrat, meledakkan emosi. Dan melupakannya dengan tangis dan rengekan. .. Sayangnya aku bukan lagi anak keci..

Istilah jawanya,"TITENANA!!!"

Image
Ini kisahku, ini ceritaku, ini pengalamanku. Bukan bisa dikata menyakitkan, atau mengenaskan, tetapi hanya stinging my butt. Oke. Tahun pertama kuliah ini sedikit lagi selesai, semester 2 aku rasa lebih berwarna dibanding semester sebelumnya. Kali ini dunia kepenulisan yang lebih sering aku lirik, entah karena ingin menggeluti lebih dalam mempersiapkan tugas akhir ntar, yang jelas bukan karena terbawa arus pergaulan. So, sorry, if you say, I'm just the flowing the water, tapi yang benar, I make the water flowing. :D Nggak terlalu banyak kompetisi yang saya ikuti, hanya beberapa saja, cukuplah kalau dibilang sebagai pengalaman, meski belum bisa dikatakan sebagai pencapaian. Karena, literally, I HAVE GIVEN NOTHING! Tetapi saya masih bisa menerima peribahasa orang-orang sekitar yang mencoba menghibur kekalahanku, bahwa kegagalan adalah kunci awal kesuksesan, jangan menyerah, dan terus mencoba! Oktober tahun lalu, adalah awal saya dapat merasakan sensasi menulis, yang hasilnya l