Bukan aroma dupa untuk para arwah. Jangankan kamu, orang pemilik rumah yang tak peduli pada ventilasi pun tidak segan memindahkan ruang suplai oksigen untuk hal semacam ini.

Orang tak lagi berani mengucapkan kata-kata cambuknya, yang barangkali sejak beberapa bulan terakhir telah sedang menari berloncat-loncatan di benak mereka. Karena, setiap mereka melakukannya, hanya akan mendapat sebirama nada rendah yang kedengarannya seperti mantra pelatuk. Hanya menggumam dan mengutuk.

Di mana ruang yang dulu ada, ruang dengan udara bersirkulasi positif untuk masa depan?
Di mana ruang yang dulu ada, ruang yang membebaskan daging ini dari panggang api yang bisa saja karenanya menjadi leleh lalu kering menggajih di perapian neraka?
Di mana ruang yang dulu ada, ruang dengan cabang inovasi yang meranting, kemudian tumbuh bunga untuk mereproduksi dan mengembangbiakkan jati diri?
Di mana ruang yang dulu ada, di mana sesuatu yang hilang itu?
Where is the missing piece?

Comments

Popular posts from this blog

Jayeng Kusuma Kridha

Istilah jawanya,"TITENANA!!!"

"Thank you": The Secret to Our Success!