New York City
Ten days left. I just got back from New York City. haaa...
Kota New York yang berjulukan The Big Apple City ini tak pernah kenal yang namanya sepi. The mob of people always goes on. Dibandingkan dengan Kota San Fransisco di California yang lebih casual, NYC lebih berstyle rapi. Tetapi keduanya tetap menjadi pusat style dan lahirnya gaya berpakaian baru di dunia.
Dengan masyarakat yang didominasi berpekerjaan bisnis, mereka lebih sering berjalan kaki dan menggunakan kendaraan umum seperti Subway (kereta listrik bawah tanah), atau taksi. Karena selain pajak kehidupan di sana yang serba mahal (parkir aja $8,50 per setengah jam), solusi itu memang sangat membantu dalam pengaturan kota dengan ditambah datangnya para tourists dari berbagai belahan dunia.
Empire State Building, sejarah pernah menjadi gedung pencakar langit tertinggi sedunia ini, dibangun hanya selama 13 bulan. Dengan peralatan dan tekhnologi yang belum terlalu canggih seperti saat ini, konon katanya waktu itu para tukang yang membangun begitu excited untuk bekerja. Mereka ingin mencatatkan nama mereka ke rekor dunia, because this building was gonna be the highest skyscraper on the earth.
Tak mau kalah, aku memanjat gedung bertingkat lebih dari 80 lantai ini, melihat pemandangan kota New York dari atas gedung, mengisyaratkan kepada dunia,"Woooy, Dhingga is here, standing straight on this building, pretends like gorilla in King Kong movie" hahahaha. Benar-benar unbelievable dan everything was just like toy.
Bayangkan aja, dengan gedung-gedung semacam itu, berapa jumlah toilet yang harus mereka bangun, kemana mereka membuang semua kotoran? Berapa energi listrik yang mereka butuhkan untuk menghidupkan kota dalam semenit saja. That's a lot.
Baru saja baca koran setempat, pemerintah New York digembor-gemborkan sedang mengarah ke penghijauan. Tak puas dengan larangan No Smoking inside building, mereka mempromosikan program No Smoking Outside. Temperature udara yang panas disini, juga melahirkan beberapa gerakan yang meletakkan AC di beberapa sudut kota (public area).
Amazing, huh. Berbeda dengan pengalamanku beberapa hari yang lalu di Pennsylvania, ketika mengunjungi Amish Country. Mereka tak kenal listrik, dan lebih suka mengasingkan diri mereka jauh dari peradaban dunia. Mereka hidup sederhana dan sejahtera tanpa disokong adanya rumit dan gilanya materialistik.
Yeah, it's life. That's how we breathe.
Kota New York yang berjulukan The Big Apple City ini tak pernah kenal yang namanya sepi. The mob of people always goes on. Dibandingkan dengan Kota San Fransisco di California yang lebih casual, NYC lebih berstyle rapi. Tetapi keduanya tetap menjadi pusat style dan lahirnya gaya berpakaian baru di dunia.
Dengan masyarakat yang didominasi berpekerjaan bisnis, mereka lebih sering berjalan kaki dan menggunakan kendaraan umum seperti Subway (kereta listrik bawah tanah), atau taksi. Karena selain pajak kehidupan di sana yang serba mahal (parkir aja $8,50 per setengah jam), solusi itu memang sangat membantu dalam pengaturan kota dengan ditambah datangnya para tourists dari berbagai belahan dunia.
Empire State Building, sejarah pernah menjadi gedung pencakar langit tertinggi sedunia ini, dibangun hanya selama 13 bulan. Dengan peralatan dan tekhnologi yang belum terlalu canggih seperti saat ini, konon katanya waktu itu para tukang yang membangun begitu excited untuk bekerja. Mereka ingin mencatatkan nama mereka ke rekor dunia, because this building was gonna be the highest skyscraper on the earth.
Tak mau kalah, aku memanjat gedung bertingkat lebih dari 80 lantai ini, melihat pemandangan kota New York dari atas gedung, mengisyaratkan kepada dunia,"Woooy, Dhingga is here, standing straight on this building, pretends like gorilla in King Kong movie" hahahaha. Benar-benar unbelievable dan everything was just like toy.
Baru saja baca koran setempat, pemerintah New York digembor-gemborkan sedang mengarah ke penghijauan. Tak puas dengan larangan No Smoking inside building, mereka mempromosikan program No Smoking Outside. Temperature udara yang panas disini, juga melahirkan beberapa gerakan yang meletakkan AC di beberapa sudut kota (public area).
Amazing, huh. Berbeda dengan pengalamanku beberapa hari yang lalu di Pennsylvania, ketika mengunjungi Amish Country. Mereka tak kenal listrik, dan lebih suka mengasingkan diri mereka jauh dari peradaban dunia. Mereka hidup sederhana dan sejahtera tanpa disokong adanya rumit dan gilanya materialistik.
Yeah, it's life. That's how we breathe.
Comments
Post a Comment