Aku Membuatnya Melingkar

Aku menjumpaimu lagi dalam keterbatasan waktu dan materi. Aku rasa fase hibernasi ini harus segera berakhir. Berkepanjangan dalam keterbatasan dan semakin menumpul itu tak baik, menurutku.



Terbatas adalah ketika aku tak eksis dengan ide dan rasa. Ketika aku tak berdiri dengan tiruan kakiku, ketika aku tak berpikir dengan pikiran kasar, dan yang aku rasa pastilah menunjuk ke kemunafikan. I can't be that pure without the dust. I might think rain can clean it up, but can I assure dust won't attack me someday?

Sejak lama adu pendapat ahli tak menghasilkan kepastian. Yang ada, kesementaraan ketentraman hati atas pertimbangan rasa dan penawaran racun dalam tubuh. Sekian lama orang percaya akan teori tertentu, suatu hari pasti ada yang mematahkan melalui bukti lebih rasional, yang mudah diterima akal.

Yang abadi adalah faith, don't trust anyone except it. Itu yang biasa orang katakan sebagai integritas. Datang dari kepercayaan yang dipoles halus menciptakan tekstur pemahaman yang apik dari alam, manusia lain, hewan, barang, dapat pula mukjizat yang mudah diterima pikiran dan mudah dilakukan dalam perbuatan. Itulah yang lalu sering aku samarkan sebagai hati.

Mungkin itu sababnya tuhan menciptakan hati di dalam sana, agar tak mudah ia melihat secara telanjang, agar tak mudah ia terkontaminasi oleh kotoran dunia. Hanya kotoran yang bisa melewati sistem proteksi hatilah yang bisa get in.

Mungkin itu sababnya tuhan menciptakan hati di dalam sana, bukan hati yang secara organ dibedah dan diteliti di ilmu kedokteran. Hati adalah semacam semesta jiwa. That I can't even break into parts easily, I can just psych it out.

Sekali lagi tak ada sesuatu yang murni, kadang aku meniru, kadang aku didukung hal lain, dan kadang aku akan tertunduk malu karena teori yang mematahkan pahamku. Itulah sebabnya aku mencari kebenaran.

Comments

Popular posts from this blog

Jayeng Kusuma Kridha

Istilah jawanya,"TITENANA!!!"

"Thank you": The Secret to Our Success!