Konferensi Budaya Nasional 2012

Konferensi ini diadakan di Bali atas program kerja dari Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Udayana. Konferensi ini meminta universitas-universitas se Indonesia mengirimkan delegasi masing-masing untuk mengikuti seluruh rangkaian kegiatan selama 3 hari di Bali terhitung dari tanggal 6 Desember sampai 8 Desember 2012, dengan akomodasi ditanggung oleh panitia.

Pada intinya konferensi ini lebih dijadikan sebagai ajang untuk diskusi dan saling tukar pikiran dalam merumuskan sebuah petisi kepada Pemerintah Indonesia tentang kebudayaan Indonesia dari berbagai aspek, seperti hukum, ekonomi, pendidikan, politik, dan sosial. Kami sebagai delegasi diminta mempresentasikan seluruh apa yang memang sedang hangat dialami di daerah masing-masing. Karena aku bersama dengan dua temanku, Helen dan Arya, mewakili Universitas Brawijaya dalam acara ini, kami memberikan gambaran umum mengenai keadaan Propinsi Jawa Timur dan lebih terkhususkan di daerah Malang, tapi karena aku berasal dari Tulungagung, tentu ada sedikit tema yang kubawa dari kota kelahiran tercintaku ini. Hehee..

Pada hari pertama kami seluruh delegasi setelah mengikuti pembukaan rangkaian kegiatan Konferensi Budaya Nasional 2012, mengikuti acara Talkshow Nasional dengan pembicara 3 tokoh nasional (katanya, tapi aku juga gak terlalu recognize mereka), Romo, Jean, dan Radar. Wajah mereka tidak begitu asing tetapi nama mereka sedikit membuatku ragu cara mengejanya. Hehehee..

Di malam harinya, diadakan Focus Group Discussion yang mana seluruh delegasi dibagi dalam beberapa kelompok bidang. Di sini kami share our thoughts, what's going hot in the place where we all are from. Berbagai permasalahan nasional dan kedaerahan dituangkan dalam bentuk latar belakang masalah, yang kemudian kami cari solusi pemecahannya.

Keesokan harinya seluruh peserta delegasi mempresentasikan masing-masing bidang dengan membawa hasil diskusi dan solusi bagi pemerintah. Dan di hari akhir kami diajak berkeliling di desa yang dalam pertanian penduduk setempat masih menganut sistem tanam adat, yaitu subak. Terdapat suatu kepatuhan yang menurutku mengandung unsur religious dari masyarakat Desa di tengah keadaan global yang semakin modern. Hal ini tergambarkan melalui kebiasaan masyarakat desa setempat dalam menerapkan sistem perairan petanian Subak dengan mengukur kapasitas air masing-masing petak sawah sesuai porsinya dengan jengkal tangan pemimpin adat. Tetapi itulah Bali, kearifan lokal memang dijadikan suatu hal dalam mewujudkan suatu tujuan.

Pemateri Talkshow Nasional

Focus Group Discussion

Tracking dan observasi budaya Subak Bali I

Tracking dan observasi budaya Subak Bali II

Nature dan Culture, perpaduan yang menjadi jati diri Bali


Radhingga, Helen, Arya delegasi Universitas Brawijaya

Sebelum penampilan Tari Topeng Bapang Malangan, tari tradisional Malang

Delegasi Universitas Airlangga dan Universitas Brawijaya, perwakilan Jawa Timur

Seluruh delegasi universitas se Indonesia



Banyak hal yang dapat saya tangkap dari acara ini. Selain makna kebudayaan sendiri yang menurut Romo adalah menjadi acuan dalam segala bidang kehidupan dunia. Oleh karena itu selain dipelajari dan dicari sumber-sumbernya dari berbagai macam kebudayaan daerah di Indonesia, menurut Jean kebudayaan harus juga dikritisi dengan berorientasi pada kebudayaan dari perspektif lain yang dalam hal ini dimaksud adalah lintas budaya, atau lintas negara. Tokoh kebudayaan Indonesia yang juga sebagai seorang mantan warga negara asing ini memang lebih memandang kebudayaan sebagai wujud akulturasi kebiasaan positif yang berasal dari berbagai macam aktifitas manusia dalam suatu kelompok.

Hal ini dijustifikasi oleh Radar, bahwa kebudayaan di Indonesia tak lebih dari wujud suatu kristal yang berasal dari pelarutan budaya masa lalunya, atau dalam kebahasaannya dia menyebutnya sebagai proses osmosis budaya. Budaya masuk di suatu kelompok tertentu menjadi suatu larutan kristal yang baru dan begitu juga seterusnya sehingga membentuk Bangsa Indonesia sekarang ini.

Lalu pertanyaan yang muncul di benakku yang menurutku belum juga terjawab sampai sekarang adalah,"Melalui gambaran proses munculnya kebudayaan Indonesia seperti itu, setelah 67 tahun Indonesia merdeka apakah sudah terbentuk suatu jati diri bangsa ini out of culture we've been through on?"

Atasi perpecahan melalui pendekatan budaya, apapun bentuk kebudayaanmu aku yakin itu yang terbaik.



Ada kalanya kamu berhenti sejenak menulis untuk memikirkan apa yang sudah kamu tulis dan apa yang akan kamu tulis. Seperti itulah seharusnya kita mengenal bangsa ini, luangkan waktumu sejenak tuk pelajari sejarah dan pikirkan apa masa depan yang akan kamu kumpulkan.

Comments

Popular posts from this blog

Jayeng Kusuma Kridha

Istilah jawanya,"TITENANA!!!"

"Thank you": The Secret to Our Success!