Jayeng Kusuma Kridha

Jayeng Kusuma adalah seorang wedana Kadipaten Brebeg. Dia adalah ksatria yang tidak mendukung berlangsungnya Penjajahan Belanda di bumi nusantara ini.

Pada suatu hari di Pendhopo Kadipaten Brebeg berlangsunglah suatu musyawarah. Di dalam musyawarah yang dipimpin oleh Adipati Sasra Kusuma ini membicarakan tentang kebijakan pemerintahan Belanda di Indonesia yang akan dirubah dari Politik Culture Stelsel menjadi Politik Etis. Hal ini dilatar belakangi oleh masa peralihan politik di Belanda yang semula bersifat konservative menjadi politik yang lebih liberal, sehingga Pemimpin Bangsa Belanda merasa bahwa sistem pemerintahan yang diterapkan di Indonesia pada waktu itu kurang menguntungkan bagi rakyat pribumi. Belanda akan lebih memperhatikan keadaan sosial, pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan masyarakat pribumi Indonesia melalui sistem ini, Politik Etis. Semua informasi itu disampaikan oleh duta Bangsa Belanda bernama Hazeu.

Dengan diberlakukannya sistem baru ini, Jayeng Kusuma tetap menolak dengan keadaan penjajahan di bumi pertiwi ini. Dia berpendapat bahwa bagaimanapun juga penjajahan akan menyengsarakan rakyat, setiap apa yang dikatakan dan yang dijanjikan Belanda tak pernah menjadi kenyataan. Hal ini membuat hati dan jiwa Jayeng Kusuma berapi-api. Beliau merencanakan untuk melakukan pemberontakan di Ngujang bersama 3 orang temannya. Tetapi tidak semua temannya menyetujui hal itu, salah seorangnya, Dura Wicara yang juga seorang wedana itu justru memilih untuk pergi menghindar dari siasat yang akan dilaksanakan untuk pemberontakan itu dan melaporkannya ke salah seorang pemimpin Belanda di daerah itu, David.

Rupanya jejak Dura Wicara untuk melaporkan ke tangsi Belanda tercium oleh murid-murid Jayeng Kusuma. Mereka tak terima oleh tindakan yang dilakukan oleh Wicara, sehingga perkelahian antara murid-murid dan Dura Wicara pun tak bisa dihindari. Oleh karena kesaktian yang dimiliki oleh Dura Wicara jauh di atas ketiga murid Jayeng Kusuma, mereka pun kalah dan terbirit-birit. Dura Wicara melanjutkan perjalanan dan bertemulah dia dengan seorang Bagus Priyadi, wedana dari Blitar yang tengah melakukan perjalanan ke Ngujang. Dan rupanya gelagat mencurigakan Dura Wicara juga diketahui oleh Priyadi, sehingga dia ingin menghentikan sikap buruk Wicara yang mengkhianati bangsanya sendiri. Mereka berduel dan Priyadi memenangkannya. Dura Wicara menyerah dan berjanji tak akan melakukan pengkhianatan lagi.

Setelah itu di Ngujang, Bagus Priyadi menentang dan melawan kerja rodi yang dipimpin oleh David. Dan karena pasukan David yang bersenjata, Priyadi terkena tembakan di lengan dan di kakinya. Hal ini sungguh disayangkan oleh Jayeng Kusuma karena Priyadi adalah juga seorang ksatria setangguh dirinya. Dan dengan begitu Jayeng Kusuma dengan sendirinya menuju Ngujang dan melawan para Belanda.Oleh karena jumlah pasukan Belanda yang banyak dan kuat, dengan mudah Jayeng Kusuma dilumpuhkan, diikat, dan dibawa ke Kadipaten Brebeg. Di sana dengan kemarahannya, David beserta pasukannya melempar Jayeng Kusuma ke Adipati Sasra Kusuma. Dengan kebijaksanaan Sang Adipati, beliau mengusulkan untuk tidak menghukum mati Jayeng Kusuma, tetapi dipenjara dan diasingkan di Demuk yang terkenal angker dan belum pernah terjamah manusia sebagai gantinya, dengan alasan kesaktiannya yang begitu tinggi dan pengikut Jayeng Kusuma yang begitu banyak. Dengan segala pertimbangan, pemimpin Belanda, David, setuju dengan apa yang diusulkan oleh Adipati Sasra Kusuma. Akhirnya Jayeng Kusuma dipenjara dan diasingkan di Demuk selama-lamanya.

Inilah akibatnya dan yang akan terjadi apabila perlawanan atau perjuangan tanpa didasari rasa persatuan dan kesatuan yang tinggi. Bagaimanapun juga rasa nasionalisme dan tekad yang tinggi dari suatu bangsa akan mudah sekali dipatahkan oleh musuh apabila rasa persatuan dan kesatuan itu tidak ada. Dengan ibarat satu lidi dapat mudah dipatahkan, melainkan seikat lidi akan sulit dipatahkan. Oleh karena itu di zaman sekarang, tugas kita adalah menjaga keutuhan Bangsa Indonesia dengan tekad dan semangat yang tinggi serta rasa persatuan dan kesatuan yang wajib kita tanamkan dalam pribadi masing-masing warga Indonesia. Dengan begitu bangsa ini akan jaya dan mereka yang telah gugur memperjuangkan segala kemerdekaan bangsa kita akan tersenyum damai di alam sana.

JAYA INDONESIA SELAMANYA!

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Istilah jawanya,"TITENANA!!!"

"Thank you": The Secret to Our Success!